Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
BeritaMedan

PB ISMI Gelar Diskusi Kebangsaan Bertema Dinamika Administrasi Melayu Sumatera Timur (Utara)

66
×

PB ISMI Gelar Diskusi Kebangsaan Bertema Dinamika Administrasi Melayu Sumatera Timur (Utara)

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

MEDAN : Pengurus Besar Ikatan Sarjana Melayu Indonesia (PB ISMI) menggelar ‘Diskusi Kebangsaan Seri-1″ dengan tema
‘Dinamika Administrasi Melayu Sumatera Timur (Utara)’ di Aobi Café, Jalan Singgalang No.1 Medan Pada Selasa, 02 September 2025. Hadir sebagai narasumber Tengku Ryo Rizqan, B.Mus.Ed, Datuk Dr Shafwan Hadi Umry MHum, Datuk Syarifuddin Siba, SH MH, Datuk Assoc Prof Yanhar Jamaluddin MAP, Prof Dr Nispul Khoiri MAg dan Syafrial Pasha SS.

Ketua Umum PB ISMI Datuk Seri Nizhamul SE MM melalui Sekretaris Jenderal Datuk Assoc. Prof. Dr Yanhar Jamaluddin, M.AP saat membuka acara diskusi mengatakan Diskusi Kebangsaaan Sesi-1, untuk membahas persoalan kemasyarakatan, kebangsaan dan negara.”Di kepengurusan PB ISMI, kegiatan ini menjadi kegiatan perdana, tema yang diangkat masih ada kaitannya dengan kemelayuan dalam perspektif bangsa, yaitu Dinamika Administrasi Melayu Sumatera Timur (Utara) dari masa kerajaan trasdisional, kolonial, hingga integrasi ke NKRI pasca kemerdekaan,” katanya.

Example 300x600

Dikatakan, tujuan mengangkat tema ini adalah untuk menggali pemikiran, pendapat, pengalaman, dan analisis dari ahli lintas bidang. Dari peserta diskusi yang dihadirkan adalah para ahli refresentatif yang menguasai bidang masing-masing;
Yang digali adalah mengenai Dinamika Administrasi Melayu Sumatera Timur, fokus pada aspek politik, pemerintahan, perdagangan, budaya, pendidikan, dan hukum Islam, perburuhan, dan antropologi.

Hasil diskusi tersebut akan menjadi rekomendasi terhadap penguatan administrasi Melayu, dan kajian dengan lintas disiplin ini untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di Sumatera Timur (Utara). Dalam bidang politik dan budaya didapatkan pemikiran kaitan politik dan budaya dalam sistem Kesultanan Pemerintahan Melayu dan politik identitas Melayu dipertahankan setelah kemerdekaan.

Baca Juga :  Perkuat Kolaborasi Global, Universitas Deztron Indonesia Jalin Kerja Sama Strategis dengan UCMI Malaysia

Peserta diskusi Tengku Ryo Rizqan (Politik Identitas) membawakan materi bertajuk ‘Dari Zillullah Fil Alam Menuju Politik Identitas’. Secara umum pemerintahan berbentuk kesultanan adalah sistem monarki dimana kepala negara atau penguasa tertinggi disebut Sultan. Sistem ini memiliki karakteristik unik, dimana kekuasaan biasanya diwariskan secara turun-temurun dan menggabungkan unsur politik, budaya, dan agama.

Lebih jelas lagi dipaparkan oleh Anthony Crothers Milner dalam bukunya “Malay Political Culture on the Eve of Colonial Rule”. Milner menjelaskan tentang budaya politik Melayu tradisional, termasuk konsep raja, adat, dan legitimasi kekuasaan, yang menjadi landasan sistem Kesultanan. Dalam sistem pemerintahan kesultanan, sultan bukan hanya pemimpin politik, tetapi juga pusat kekuasaan yang absolut. Otoritasnya mencakup urusan pemerintahan, militer, dan keagamaan, yang sering kali dilegitimasi secara spiritual melalui keyakinan bahwa kekuasaannya adalah titah Ilahi atau mandat dari Yang Maha Kuasa.

Landasan hukumnya merupakan perpaduan unik antara syariat Islam sebagai hukum tertinggi dan adat istiadat (tradisi lokal). Integrasi ini dijelaskan dengan pepatah yang populer di Nusantara: “Adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah,” yang berarti tradisi berlandaskan hukum Islam dan hukum Islam berlandaskan Al-Qur’an. Struktur pemerintahan kesultanan bersifat hierarkis.

Sementara Prof Nispul Khoiri MAg. membawakan materi ‘Aspek Hukum Islam’. Katanya bicara administrasi Kesultanan Melayu, tidak terlepas dari paduan akulturasi dari budaya Arab yang membentuk sebuah sistem pemerintahan Kesultanan. Kata kesultanan adalah terminologi dari bahasa Arab – sulthon, kemudian dikenal dengan kerajaan.

Baca Juga :  Hanafi Nikahi Belasan Wanita di Kampung Kasih Sayang Bagai 'Api Dalam Sekam", Al Washliyah Minta Bupati dan Kapolres Bertindak Cepat

Dari paduan sistem khalifah di Arab dan semangat yang diadopsi dari ‘nash tang’ berarti penguasa Sistem Kesultanan Melayu Sumatera Timur, ada pemegang otoritas yang dalam hal ini disebut raja, raja dengan sistem monarki. Apakah ini sistem politik Islam, masa Romawi Kuno sistem monarki penguasa sepanjang hayat sepanjang tidak dimakzulkan atau meninggal. Rasulullah selain Nabi, beliau adalah seorang Raja, seorang Sultan, yang juga semangat monarki sudah ada pada masa Rasulullah.

Masa khulafaur-rasyidin, semangat yang dibangun adalah monarki sampai kepada masa Osmani dan Melayu Nusantara hingga Sumatera Timur. “Saya melihat posisi sultan, saya pernah meneliti di Kesultanan Serdang (Sultan Sulaiman Alamsyah). Ada 3 posisi sultan yaitu sebagai Pemegang Kepemimpinan sebagai Raja, sebagai Kepala agama dan sebagai dan sebagai Kepala Adat Melayu.

Dari Aspek Budaya dibawakan Datuk Shafwan Hadi Umry. Ia katakan berbicara Sultan dalam literasi Melayu, dilihat dari surat menyurat formal sangat santun dan penuh petatah-petitih Melayu. Seperti ungkapan ‘Bercakap Siang Melihat-lihat’ bermakna hati-hati. Lalu ada istilah ‘Bercakap Malam Mendengar-dengar’, ini berarti diperdengarkan. Dan banyak lagi peribahasa yang termuat dalam surat menyurat pada masa Kesultanan Melayu.”Ini semua disimbolkan sebagai Kesultanan Melayu yang santun,” ujarnya.

Penutup, pembawa materi diskusi ialah Datuk Syarifuddin Siba bertajuk, ‘Administrasi (sistem manajemen pemerintahan pada zaman dahulu)’. Sultan dulu punya kuasa sebagai pemegang administrasi pemerintahan, saat ini tidak lagi tapi oleh pemerintahan. Cara-cara kesultanan harus tetap dijalankan karena kesan Tuan Pemangku Adat, manajemen harus betul-betul dilaksanakan. Misal dalam acara pemberian gelar harus ada kriteria. Susunlah administrasi dan berikan pada kesultanan untuk melaksanakannya.

Di Kesultanan Deli, kata Siba, saat Idul Fitri Sultan menuju Masjid Raya dipayungi kuning tapi kuramg dihormati orang. Ini sangat kita risaukan. Jadi manajeman administrasi yang dulu, dikokohkan kembali dan dijalankan. Semua kebiasaan seperti di Ramadhan, Hari Keputraan dan giat lainnya, maka ISMI sebagai pendobrak harus menyampaikannya pada Sultan. “Bagi orang Melayu, administrasi tidak asing, banyak mencatat, banyak menulis. Jadi ISMI harus banyak menuliskan catatan-catatan hingga melahirkan buku, buat kajian khusus mengkaji Melayu, jangan hanya pada disiplin ilmu saja. Apalagi literasi Melayu tentang Medan pun tak ada,” papar Siba.

Lanjutnya, Melayu tidak hanya ‘Pandai Bercakap Tapi Pandai Berkitab. Sistem
administrasi harus jadi fokus ke ISMI, berdasar pengalaman empiris, baca buku Perilaku Administrasi Organisasi bagi ISMI.
ISMI menjalankan kegiatan administrasi secara efieien demi menjalankan tujuan yang sudah ditetapkan. Lalu filosofi ISMI apa?. “Buatlah program sesuai filosofi. Program yang disusun dibuat sesuai waktunya, apakah jangka panjang, menengah, atau pendek? Filosofi ISMI harus bisa diaplikasikan. Dibuat spesialisasi ISMI, yang sebagai pemikir, mampu melahirkan konsep-konsep pemikiran sarjana Melayu hingga lahirlah blue print masyarakat Melayu di berbagai sektor pembangunan,” tutupnya. nrd

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *