MEDAN : Wacana pemberian penghormatan seperti gelar Pahlawan Nasional kepada sekira 49 tokoh nasional, jelang peringatan Hari Pahlawan Nasional pada 10 November 2025 mencuat antara ada yang pro dan kontra. Dari total nama tokoh yang diajukan, 24 di antaranya diprioritaskan untuk memperoleh tanda kehormatan tersebut.
Sayangnya, tidak semua pihak menyetujui hal itu. Isu besar yang menyertai wacana ini adalah adanya beberapa sejarawan dan unsur masyarakat lain yang menolak sejumlah nama yang diusulkan menjadi pahlawan nasional. Isu yang paling panas terdengar adalah pro-kontra soal penyematan kepada mantan Presiden RI, Soeharto, sebagai salah satu figur yang diusulkan sebagai salah satu penerima status tersebut.
Soal syarat sebagai penerima gelar pahlawan nasional, Soeharto disebut layak dan memenuhi untuk diberi gelar tersebut. Demikian hal itu dikemukakan Daudsyah Munthe dan Irwansyah Nasution, Deklarator Forum Kajian Pancasila dan Wawasan Kebangsaan (FKP WK), usai rapat pembentukan forum tersebut di Aobi Cafe Jalan Martimbang Medan, pada Jumat 7 November 2025.
“Secara pribadi dan atasnama forum, kami setuju Pak Harto diangkat jadi pahlawan nasional. Banyak jasa dan kelebihan beliau bagi republik ini. Dan kita tidak boleh melupakan begitu saja kebaikan-kebaikan yang beliau buat, kendati ada juga terdapat kebijakannya yang kita kurang sependapat,” ujar Irwansyah Nasution yang diamini Daudsyah Munthe.
Dikatakan, mulai dari kepemimpinan Pak Harto sebagai presiden sampai ia tak lagi menjabat, banyak hal yang sudah diletakkannya bagi negara, untuk kita semai dan kita lanjutkan. Misal komunis, dia bantai dan tak diberi ruang sehingga komunis tak bisa bergerak selama kepemimpinan Pak Harto di bumi pertiwi ini.
“Di masa Pak Harto kita pernah swasembada beras. Selain mencukupi permintaan dalam negeri, kita pun mampu ekspor beras. Selain itu, banyak masjid dibangun di seluruh pelosok negeri ini. Dan kita disegani di mata dunia internasional baik negara jiran maupun negara negara besar. Ini prestasi Pak Harto dan dunia ingat itu. Jadi Beliau layak mendapat predikat Pahlawan Nasional,” ujar Daudsyah dan Irwansyah.
Perjalanan 32 tahun bukanlah perjalanan yang singkat. Selain keberhasilan yang kita urai ditas tadi, masa kepemimpinan Pak Harto juga peduli pendidikan. Bahkan mulai dari pendidikan dasar, menagah dan pendidikan atas sampai universitas. “Di masa Pak Harto ribuan bahkan jutaan SD Inpres didirikan, demikian juga perguruan tinggi serta pemberian bea siswa Sulersemar buat rakyat belajar di dalam dan luar negeri. Puskesmas banyak dibangun hingga sampai pelosok plosok desa terpencil di negeri ini,” katanya.
Kalau mau ditorehkan satu persatu, maka ribuan bahkan jutaan kebaikan Pak Harto yang telah sama kita rasakan dan kita ketahui di dalam berbagai bidang. Mulai dari pendidikan, agama, kesehatan, pertanian, ekonomi, pertahanan, luar negeri dan pemberian pemahaman Pancasila kepada rakyat Indonesia serta yang lainnya.
Keadaan saat ini merupakan lanjutan dari cikal.bakal uang telah dibangun Pak Harto. Kita harus lanjutkan. Hal ini harus diketahui para generasi sekarang dan jangan melupakan sejarah dan lupa kepada sosok pemimpin bangsa di negeri ini atas semua kebaikannya.
“Intinya lebih banyak kebaikan yang Beliau buat sebagai pemimpin negeri ini dari mulai ia berkuasa sampai saat ini masih ada yang kita rasakan. Keberhasilan-keberhasilan itu harus diberitahukan kepada generasi sekarang.Kalau soal kekurangan, kita akui juga ada. Tapi itu tak sebanding dan tak bisa ditanding. Kami dari FKP WK setuju dan mendukung penuh Presiden Soeharto menjadi Pahlawan Nasional,” tutup Daudsyah Munthe dan Irwansyah Nasution. nrd


















